analisis novel negeri 5 menara




“Amanat Dalam Novel Negeri 5 Menara”
Makalah

Diajukan Sebagai Pemenuhan Tugas Akhir Mata Kuliah Apresiasi Prosa

Oleh:

Ma’rifatus Zuhlia
(090210402079)


PROGRAM STUDI PENDIDIDKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2011

Kata Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga MAKALAH ini berhasil di selesaikan. Judul yang dipilih “Amanat Dalam Novel Negeri 5 Menara”
Diharapkan makalah ini bermanfaat untuk menambah informasi mengenai pemahaman tentang amanat atau pesan apa saja yang terkandung dalam novel populer yang berjudul negeri 5 menara.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun agar berguna dalam penulisan makalah selanjutnya. Semoga saja makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.











1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang
Novel karya A. fuadi ini merupakan salah satu novel yang memiliki sisi realita kehidupan yang menarik. Novel yang berlatar belakang tentang mimpi para santri yang didukung dengan keyakinannya dengan mantra “man jadda wajada” sangat inspiratif bagi pembacanya. Novel ini juga mengisahkan bagaimana dan seperti apa kehidupan yang terdapat di sebuah pesantren yakni pondok Pesantren Madani. Kehidupan pesantren yang penuh dengan aturan, haruslah dilaksanakan dan jika diketahui terdapat pelanggaran sedikit saja, maka pelanggar akan dihukum.

Dari gambaran-gambaran cerita yang terdapat dalam novel tersebut, tentunya terdapat suatu amanat yang ingin disampaikan oleh pengarang dengan memberikan pesan-pesan yang terkandung dalam novel tersebut. Amanat yang merupakan unsur intrinsik karya sastra memiliki hubungan erat dengan aspek-aspek apa saja yang terdapat dalam suatu novel dan juga berhubungan dengan konsep pesan suatu cerita. Setelah membaca novel ini, pembaca akan merasakan suatu kepuasan, dan dapat mengaplikasikan pesan dalam novel negeri 5 menara ini dalam kehidupannya sehari-hari. Kajian mengenai amanat ini adalah suatu konsep pemahaman novel negeri 5 menara, yang memudahkan pembaca dalam memahami amanat yang terkandung dalam novel karya A. Fuadi ini.

1.2 Rumusan Masalah
a. Apa saja unsur intrinsik karya sastra?
b. Apakah yang dimaksud dengan amanat dalam suatu karya sastra?
c. Bagaimanakah amanat yang terkandung dalam novel Negeri 5 Menara?

1.3 Tujuan
a. Memahami unsure intrinsik karya sastra.
b. Memahami pengertian amanat suatu karya sastra.
c. Memahami amanat yang terkandung dalam novel Negeri 5 Menara.
















2. Pembahasan

2.1 Unsur-Unsur Intrinsik Karya Sastra
a) Tema
Tema: titik tolak pengarang dalam menyusun sebuah cerita
Pengarang menentukan tema sebelum mengarang
Pembaca menemukan tema setelah membaca seluruh cerita.
b) Alur/Plot
Adalah rangkaian kejadian atau peristiwa yang disusun berdasarkan hukum sebab akibat.
Jenis alur: alur maju, alus mundur, dan alur campuran
Tahap alur:
1. Pengenalan situasi cerita/permulaan/exposition.
2. Pengungkapa peristiwa (complication)
3. Menuju pada adanya konflik (rising action)
4. Tahap perumitan
5. Tahap pncak konflik (klimaks)
6. Tahap peleraian
7. Tahap penyelesaian
c) Tokoh
Jenis-Jenis Tokoh:
1. Tokoh protagonis : mendukung cerita
2. Tokoh antagonis : penentang cerita
3. Tokoh tritagonis : tokoh pembantu, baik protagonis/antagonis
d) Penokohan
Adalah: proses pengarang dalam menampilkan tokoh
Cara pengarang menampilkan perwatakan tokoh:
1. ciri-ciri fisik tokoh
2. Percakapan antarpelaku
3. Lingkungan sosial
4. Gambar tempat tinggal tokoh
5. Pemaparan sifat tokoh
e) Latar
Ada 3 latar:
1. Latar tempat
2. Latar waktu
3. Latar suasana
f) Gaya Bahasa
Gaya bahasa menciptakan suatu nada atau suasana persuasif serta merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan hubungan dan interaksi antara sesama tokoh.
Gaya bahasa yang cermat dapat menciptakan suasana yang berterus terang atau satiris, simpatik, menjengkelkan atau emosional. Bahasa dapat menciptakan suasana yang tepat bagi adegan seram, adegan cinta, adegan peperangan dan lain-lain
Bahasanya segar, komunikatif, mudah dipahami atau tidak berbelit-belit
g) Sudut Pandang(Point Of View)
Adalah: cara pengarang menceritakan tokoh.
Ada 2 sudut pandang:
Sudut pandang orang pertama tunggal:aku, saya,jamak:kami,kita
Sudut pandang orang ketiga tunggal: dia, nama orang, jamak:mereka
dia, nama mereka

Kedudukan Tokoh
• Orang pertama: pelaku utama, pengarang sebagai pengamat tisak langsung, pengarang sebagai pengamat langsung
• Orang ketiga: sudut pandang serba tahu, sudut pandang terarah
h) Amanat
Adalah: pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca, baik tersurat maupun tersirat amanat disembunyikan pengarangnya dalam keseluruhan isi cerita.

Dari data mengenai unsure-unsur intrinsic tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa unsur intrinsic adalah unsure yang terdapat di dalam cerita. Analisis mengenai unsure intrinsic adalah analisis yang memerlukan pemahaman mengenai rentetan peristiwa yang terkandung dalam sebuah cerita atau karya sastra. Unsure intrinsic ini merupakan suatu gambaran tentang bagaimana penulis menuangkan ide-idenya sehingga terangkum menjadi sebuah cerita, yang di dalamnya terdapat jalan cerita, penokohan, tema cerita, hingga amanat yang ingin disampaikan oleh penulis.
Khususnya pada bagian amanat, amanat merupakan pesan yang disampaikan penulis bagi para pembaca. Amanat dapat memberikan gambaran kepada pembaca, gambaran tersebut dapat berupa bagaimanakah seseorang dalam menjalani hidup, dapat pula berupa keputusan apa yang lebih di utamakan ketika dalam posisi yang sama dengan posisi tokoh dalam suatu cerita. Pada hakikatnya penulis memberikan gambaran-gambaran realita kehidupan dalam suatu karya yang ia buat.





2.2 Pengertian Amanat Dalam Karya Sastra

Pemecahan persoalan biasanya berisi pandangan pengarang tentang bagaimana sikap kita kalau kita menghadapi persoalan tersebut. Hal yang demikian itulah yang disebut amanat atau pesan (Suroto, 1993: 89). Amanat sangat bermanfaat bagi pembaca, hal ini terjadi karena amanat dapat menambah pengetahuan pembaca melalui pesan-pesan yang di sampaikan. Selain itu amanat dapat memperluas cakrawala pembaca melalui jalan cerita yang diperankan oleh tokoh-tokoh dalam suatu cerita.
Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu dengan cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir, dapat pula secara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran, larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita.
Menurut Abdurrosyid Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Sebagaimana tema, amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu dengan cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku atau peristiwa yang terjadi pada tokoh menjelang cerita berakhir, dan dapat pula disampaikan secara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran, atau larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita.
Dalam Teeuw A (1998: 183) Horatius menyatakan “ aut prodesse volunt aut delectare poetae, aut simul et iucunda et idonca dicere vitae” yang berarti “tujuan penyair ialah berguna atau member nikmat, ataupun sekaligus mengatakan hal-hal yang enak dan berfaidah dalam kehidupan” dari kutipan pendapat Horatius tersebut dapat dipahami bahwa, suatu karya sastra memiliki unsure tentang keindahan, kegunaan, dan berfaedah. Pada dasarnya seorang penulis, penyair, pengarang dan sebagainya dalam menulis suatu karya apapun bentuknya itu, pasti memiliki tujuan yang baik bagi pembaca. Khususnya dalam novel, hal tersebut dapat dilihat diantaranya dengan cara memahami jalan cerita, memahami karakter tokoh, ataupun penokohan. Dari pemahaman tersebut, pembaca dapat meraih hal yang dituju, yakni mengerti tentang apa-apa saja yang menjadi pesan dari sebuah novel tersebut. Pesan itu memiliki unsure keindahan, karena amanat mengandung hal-hal yang baik saja. Segala hal yang baik di dunia ini mengandung unsure keindahan bagi seseorang yang menjalankannya. Amanat juga mengandung unsure kegunaan bagi pembaca. Amanat yang ia temukan dalam suatu novel, dapat dijadikan gambaran hidup, dan unsure keindahan yang terkandung didalamnya dapat diaplikasikan ke dalam hidupnya, sehingga memiliki faedah bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Amanat yang tertuang dalam suatu karya sastra dapat dirasakan ketika pembaca telah selesai membaca keseluruhan cerita. Dalam menganalisis amanat dalam suatu cerita, pembaca diberikan gambaran seperti apa maksud seorang penulis dalam memberikan pesan-pesan bagi masyarakat melalui karyanya.









2.3 Amanat Yang Terkandung Dalam Novel Negeri 5 Menara

Amanat merupakan suatu pesan yang terkandung dalam suatu karya sastra, baik tersurat maupun tersirat. Amanat yang terdapat di dalam novel negeri 5 menara pun mengandung amanat yang tersirat dan tersurat. Setiap amanat yang terdapat dalam suatu karya sastra adalah suatu pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca dan tentunya dapat digunakan dan bermanfaat bagi kehidupan pembaca.
Amanat yang tersurat dalam novel negeri 5 menara ini diantaranya memberikan pesan kepada pembaca mengenai kehidupan, yang dapat dipahami bahwa kita tidak boleh berputus asa dalam meraih impian, harus bersungguh-sungguh dalam menggapainya. Pesan ini dapat dilihat dari kutipan dalam novel negeri 5 menara halaman 405 “jangan pernah remehkan impian walau setinggi apapun, Tuhan maha pendengar. Manjadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil”. Jalan cerita novel karya A. Fuadi ini menceritakan tentang kehidupan para santri PM yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa. Keragaman tersebut disatukan dengan satu prinsip hidup yang ditanamkan oleh para Ustad dan Kiai mengenai keyakinan terhadap mantra ampuh “manjadda wajada”. Kata-kata tersebut adalah kata-kata yang sederhana yang bermakna “siapa yang bersungguh-sungguh maka akan berhasil”. Kesederhanaan makna yang dimiliki oleh sebuah mantra tersebut, namun memiliki makna yang berarti bagi kehidupan para santri PM, karena kata-kata tersebut dapat dijadikan sebagai penyemangat dalam menjalani hidup dan meraih cita-cita.
Amanat bagi pambaca berikutnya adalah pesan yang dapat dipahami bahwa suatu kedinamisan dalam hidup lebih berarti daripada suatu kestatisan. Berikut terdapat kutipan novel negeri 5 menara tentang pentingnya kedinamisan dalam hidup bagi orang-orang yang berilmu,
“Orang berilmu dan beradap tidak akan diam di kampung halaman
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.
Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, akan keruh menggenang
Singa jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa
Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan pernah kena sasaran
Jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam
Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang
Bijih emas bagaikan panah biasa sebelum digali dari tambang
Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa
Jika di dalam hutan”
Para santri PM yang terdiri dari berbagai budaya, suku, dan ras menunjukkan bahwa dalam mencari ilmu tidak harus slalu di kampung halaman saja dan tinggal bersama keluarga. Mencari ilmu tidaklah terbatas ruang dan waktu. Harapan seseorang dalam hidupnya tentunya memiliki ilmu yang banyak dan bermanfaat agar mencapai kesejahteraan dalam hidup. Kutipan tersebut di atas, merupakan kutipan yang berisi perumpamaan jika seseroang menginginkan kenikmatan dalam hidup maka dibutuhkan perjuangan, meskipun perjuangan itu mengharuskan kita jauh dari keluarga. Kedinamisan dalam hidup dalam mencari ilmu sangat diperlukan, kedinamisan diri dalam hal ini adalah tidak selalu mengungkung diri dari dunia luar. Mencari ilmu adalah suatu keharusan, sehingga kemanapun itu haruslah dikejar, karena pada hakikatnya mencari ilmu adalah hal yang mulia.

Selain amanat-amanat yang telah dijelaskan diatas, novel negeri 5 menara juga memberi pesan agar meraih ilmu dan pendidikan setinggi-tingginya, karena orang yang berilmu memiliki derajat yang lebih tinggi daripada orang yang tak berilmu. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan naskah novel negeri 5 menara pada halaman 49 ketika Kiai Rais berceramah
“Beruntunglah kalian sebagai penuntut ilmu karena Tuhan memudahkan jalan kalian ke surga, malaikat membentangkan sayap buat kalian, bahkan penghuni langit dan bumi sampai ikan paus di lautan memintakan ampun bagi orang yang berilmu. Reguklah ilmu di sini dengan membuka pikir, mata dan hati kalian”
Pondok pesantren Madani adalah salah satu sarana bagi siswa dalam menimba ilmu. Dari kutipan ceramah Kiai Rais dapat dipahami bahwa para pencari ilmu adalah orang-orang yang dimudahkan dalam meraih surga. Dari itu, dapat dimaknai bahwa penulis ingin menyampaikan pesan kepada pembaca bahwa, supaya masyarakat (pembaca) mencari ilmu setinggi-tingginya, karena sesuai dengan kutipan tersebut bahwa pencari ilmu diberi kedudukan yang lebih istimewa yakni dimudahkannya jalan menuju surga. Pesan yang disampaikan penulis dapat diartikan bahwa, salah satu jalan menuju surga adalah mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Jadi pesan penulis bagi pembaca yakni menganjurkan pembaca agar meraih ilmu setinggi-tingginya, meskipun harus keluar kampong dan jauh daru keluarga.

Disamping terdapat amanat-amanat yang tersurat, terdapat pula pesan yang tersirat. Pesan yang tersirat adalah pesan yang terkandung dalam sebuah karya sastra meskipun tidak ada bukti konkrit dari naskah suatu karya sastra tersebut. Pesan tersirat tersebut yakni mengenai keutamaan doa dan ridho orang tua dalam kehidupan seseorang. Alif sang pemeran utama adalah seorang anak yang datang dari keluarga sederhana dan masih memiliki keturunan darah ulama. Cita-cita Alif sebenarnya, ingin menjadi seorang insinyur. Tokoh idolanya adalah habibie. Setelah ia lulus dari Madrasah Tsanawiyah, sebenarnya ia ingin melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi yakni SMA, karena ia menganggap tiga tahun menempuh pendidikan di Tsanawiyah telah mencukupi bekal dasar ilmu agamanya. Ia ingin mempelajari ilmu non agama dan melanjutkan kuliah di UI atau ITB. Namun, keinginan dan cita-citanya tersebut terhalang dengan keinginan orang tuanya, ingin menjadikan putranya seperti Buya Hamka. Pada awalnya Alif berontak tapi akhirnya ia berpikir bahwa tidak ada gunanya melawan keinginan ibunya yang mulia itu. Hingga ia memutuskan untuk menempuh pendidikan menengahnya di pondok pesantren madani di jawa. Banyak sekali kisah yang ia hadapi bersama teman-temannya yang datang dari berbagai daerah. Hingga akhirnya, ia meraih kesuksesan di Amerika. Hal tersebut pada dasarnya tak luput dari doa dan ridho yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Penulis memberikan pesan kepada pembaca, bahwa doa dan ridho orang tua adalah sesuatu yang harus diutamakan. Meskipun pesan tersebut tidak tersurat, namun pesan ini dapat dipahami oleh pembaca yang telah selesai membaca keseluruhan cerita.

Pada hakikatnya dalam menganalisis unsure intrinsic suatu karya sastra terutama bagian amanat, membutuhkan kejelian dan pemikiran yang didasari dengan pengetahuan pembaca mengenai pemahaman tentang agama, budaya, dan realita kehidupan di dunia. Karena dalam suatu cerita terdapat banyak dan berbagai pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. Pada dasarnya, penulis menyajikan pesan-pesan atau amanat tertentu dalam sebuah cerita, adalah ditujukan agar pembaca dapat mengambil intisari yang baik dari karya yang ditulisnya. Hendaknya amanat yang terkandung dalam novel negeri 5 menara, dijadikan sebagai cerminan hidup oleh pembaca. Amanat-amanat yang berupa anjuran, ajakan, peringatan, nasehat, larangan dan sebagainya, adalah suatu media bagi penulis untuk menyampaikan pesan-pesan yang ditujukan kepada pembaca.


























3. Penutup

3.1 Kesimpulan

Penulis dalam membuat suatu karya, maka tentunya terdapat pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui tulisannya. Pesan-pesan yang bersifat mendidik, mengajak, dan membujuk tersebut dinamakan emanat. Amanat yang terkandung dalam karya sastra selalu bersifat positif, Hl ini ditujukan agar menjadi gambaran bagi pembaca dalam menjalani hidupnya. Pesan yang tertuang dalam novel negeri 5 menara ini pun lebih bersifat mendidik. Karena amanat-amanat yang disampaikan baik yang tersirat maupun tertulis, merupakan amanat yang sifatnya mendidik pembaca agar mencari ilmu setinggi-tingginya, karena orang berilmu memiliki derajat yang lebih tinggi dan mudah meraih surga.

3.2 Saran

Dalam menganalisis suatu amanat dalam karya sastra, dibutuhkan pengetahuan-pengetahuannya mengenai kehidupan di dunia. Terutama dalam memahami amanat pada novel negeri 5 menara ini diperlukan konsep pengetahuan pembaca mengenai pendidikan. Analisis mengenai amanat suatu karya sastra dapat berbeda-beda antara satu dengan yang lain, hal ini dikarenakan pengetahuan seseorang pun berbeda-beda.
Makalah ini jauh dari sempurna, sehingga jika terdapat kesalahan harap dimaklumi, dan diharapkan analisisnya.



Daftar Pustaka
A, teeuw. 1998. Sastra dan ilmu sastra. Jakarta : Pustaka Jaya
Fuadi, A. 2010. Negeri 5 Menara. Jakarta: PT. Gramedia.
Suroto. 1993. Apresiasi sastra Indonesia (untuk SMTA). Jakarta : Erlangga

Abdurrosyid. 2009. Unsure-unsur intrinsic dalam prosa. Tersedia di http://abdurrosyid.wordpress.com/2009/07/29/unsur-unsur-intrinsik-dalam-prosa/. Diakses pada tanggal 04 juni 2011
Agustinus suyoto. 2008. Pengantar kesusastraan. Tersedia di http://agsuyoto.files.wordpress.com/2008/03/pengantar-kesusastraan.doc. diakses pada tanggal 03 juni 2011
Anonym. 2009. Unsur-Unsur Intrinsik Dan Ekstrinsik Karya Sastra. Tersedia di http://orangewomen.blogspot.com/2009/03/unsur-unsur-intrinsik-dan-ekstrinsik.html. diakses pada tanggal 01 juni 2011

















Sinopsis Novel Negeri 5 Menara

Alif adalah seseorang yang berasal dari keluarga yang sederhana, namun masih memiliki darah ulama dari ibunya. Ia adalah putra minangkabau yang lulus dari madrasah tsanawiyah dengan nilai yang lumayan membanggakan, ia menduduki nilai terbaik sepuluh besar. Ia memiliki cita-cita yang tinggi, ia menginginkan menjadi seseorang yang berintelektual tinggi seperti habibie. Ia sangat mengidolakan tokoh tersebut, sehingga ia sangat menginginkan melanjutkan studinya ke tingkar SMA. Ia ingin mempelajari ilmu non agama, setelah tiga tahun ia berkecimpung di madrasah tsanawiyahnya, untuk mempelajari ilmu agama dan ilmu non agama. Namun, kali ini ia menginginkan sekolah yang benar-benar murni mempelajari keilmuan umum. Akan tetapi, sang Ibu menginginkan putranya itu meneruskan darah keulamaannya. Ibunya menyuruhnya agar mondok saja, untuk lebih mendalami ilmu agama, karena ia menginginkan putranya menjadi seorang pemimpin agama seperti Buya Hamka. Pada awalnya Alif menolak keinginan ibunya itu, sampai-sampai ia mengurung diri di kamarnya untuk beberapa hari, namun akhirnya ia berpikir percuma saja malawan orang tua. Ia memutuskan untuk menyetujui kemauan Ibunya, ia memilih pondok pesantren madani sebagai tempatnya menimba ilmu yang terletak di jawa. Awalnya ini hanyalah akal-akalannya saja, ia memilih pondok yang jauh, agar orang tuanya menyetujuinya untuk bersekolah di SMA Minagkabau bersama teman-temannya. Akan tetapi kedua orang tuanya malah mengiyakannya.
Alif pun ditemani ayahnya mendaftar ke PM, dan ternyata ia diterima di PM. Pada awal proses perkenalan di sekolah, ia takjub dengan mantra ampuh yang diyakini ampuh yakni “ manjadda wa jada” yang berarti “siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil. Di rumah barunya ini, ia bertemu dengan beberapa kawanan yang berasal dari berbagai penjuru Indonesia, mereka adalah Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari bandung, dan Baso dari Gowa. Dari perkenalan pada awal sekolah di PM berlangsung, membawa enam putra daerah tersebut menjadi sahabat yang karib. Banyak pengalaman yang mereka lalui bersama-sama, mulai dari dihukum oleh kakak angkatannya dengan jeweran berantai, hingga pengalaman menjadi penjaga malam, karena PM di satroni maling.
Mereka biasa menunggu maghrib tiba, dengan menghabiskan waktu di masjid. Tepat di menara masjid para kawanan tersebut menengadah keatas, memperhatikan awan, dan membayangkan awan-awan itu menjelma menjadi benua dan Negara impian mereka masing-masing. Dari hal tersebut, mereka disebut sebagai :para sohibul menara”. Prinsip mereka, jangan pernah meremehkan impian dan cita-cita meskipun setinggi apaun, karena Tuhan maha mendengar. Keyakinan mereka atas kekuasaan Tuhan akhirnya terbukti, mereka mencapai cita citanya untuk ke negeri impian masing-masing. Atang di kairo, Baso yang akhirnya di mekah, Raja, Alif dan Said di Washington DC, London.